Senin, 02 November 2009

dari tempat terpencil

jika pun harus ku pasung matahari untukmu malam ini
atau menyalib badai untuk keringnya dahagamu

aku tak mampu...

kali ini aku titipkan semua pada Mu
untuk menjaga mereka yang jauh dariku

aku tak lagi mampu

menutup lubang hitam menghadang perut bumi
atau aku kan tersangkut tak kembali

segudang pelor kuhujatkan sekedar menahan tangis
bukan untuk apa, untuk mu yang jauh dari tanah ini

Tuhan,
lancarlah segala apa yang tlah menjadi kehendakmu...
lindungi mereka hingga ku dapat memeluk hangat rindu mereka
menikmati senyum indah di kedua wajah mereka...

amien....

hingga tak lagi ku harus memasung matahari
pun menyalip badai....

Senin, 19 Oktober 2009

karat

sekian lama membisu
di genang karang mendesah pelan
kokohmu tak lagi bernafsu
terkadang tertampar ombak
ingin menggandengmu membelah awan
tak kau hiraukan
kali ini ringkihmu setia temani
kilauan lampu
terangi malam sunyi
kala asing datang hampirimu
memujamu

kini hanya karat yang selalu setia
grogoti besi lapukmu

Senin, 13 Juli 2009

untuk mu kawan ulet bulu

merayap jemu
mengepak kaku

di ubunubun kala hari
menelisik kuping
seikat asap tlah ternodai mulut

sesisesi ulet bulu
di kerumunan ambang
menerkanerka
apa gerangan lauk hari ini kawan...

Rabu, 22 April 2009

sepotong surat pendek untukMu

tlah kurangkai seikat ranting awanMu
yang terkumpul dari plataran langit
berharihari lalu

sertamerta seduhan hangat senja
memblakangi mengusik mantra
yang tlah ku baca
untuk seikatnya

lalu seikatnya lagi hamburkan
yang terpungut lambai
aku terbuai tak mampu mengelak
tuk sekedar berkata TIDAK!!!

Senin, 23 Maret 2009

kenanganmu matahari

genduri massal...
mengamini mimpi
tentang penghayal
yang tak pernah menyambut pagi

tentang awal di ujung hari
ku rangkai bunga kamboja
tak sengaja kau beri
dan sekarang tinggal awan
tempati ruangruang plesir kota

di ujung rembulan itu
masih tergantung pucuk mimpi
yang seharusnya tak ku amini
tak lama terselang
genduri massal menghilang

tentang mimpi hulu ketiak

seharus tak ku biarkan diriku menghayalmu
tentang warna hitam rambutmu
wangi tubuhmu lewati melati

dan juga harusnya ku ingat
detak mimpi yang sempat kita pesan
yang tlah hangus di selasela hulu ketiak

aku toreh saja warna pelangi
tanpa hiraukan lagi hidanganmu
di antara darah yang tlah mengering
karna kumurmu palsu

sedang aku
ingin mengabarkan rindu
di tepistepis waktu

Selasa, 10 Februari 2009

papirus di ujungnya matahari

ku lukis aroma wangi di sudut keganjilan
beserta sisa lembar kanvas sedikit miring
dengan sesak ku gosok aroma
matahari masih terang sore ini
angin usap mataku
siram wangi d ujung papirus