menguap dari mug putih tak bergambar
sekedar asap bergerak gerak lamban oleh angin yang tak diinginkan
sorak sorainya terdengar riuh
ku tenggak sedikit dan semakin pait
dan semoga bisa temanimu esok pagi
Rabu, 24 Desember 2008
Selasa, 23 Desember 2008
tanah itu bernama mimpi
segenggam pasir ku tabur pada angin yang datang sore ini
semburat warna pelangi terbias di selasela padi yang lesu setelah menguning
tapaktapak kaki kecil menggilas buih lautan terkadang mengumpat
sela jemari yang kusut ku pintal kembali
"masih ada harap di tanah yang gersang"
teriak sang hulubalang pada pelangi
kamipun berbondong sesaki dunia kota yang semakin sesak
menagih harap mimpi di tuangkannya saduransaduran kata dari sang bijak
menelan tak pernah memuntah saduran makna yang terpenggal
dari dongeng tentang harap sebuah tanah yang bernama kota
mengaisi setiap ujung kegerahan
menimbun dari sudut ketamakan
menggenggam pasir ku tabur pada angin yang datang sore ini
semburat warna pelangi terbias di selasela padi yang lesu setelah menguning
tak pernah ku dapati...lagi...
semburat warna pelangi terbias di selasela padi yang lesu setelah menguning
tapaktapak kaki kecil menggilas buih lautan terkadang mengumpat
sela jemari yang kusut ku pintal kembali
"masih ada harap di tanah yang gersang"
teriak sang hulubalang pada pelangi
kamipun berbondong sesaki dunia kota yang semakin sesak
menagih harap mimpi di tuangkannya saduransaduran kata dari sang bijak
menelan tak pernah memuntah saduran makna yang terpenggal
dari dongeng tentang harap sebuah tanah yang bernama kota
mengaisi setiap ujung kegerahan
menimbun dari sudut ketamakan
menggenggam pasir ku tabur pada angin yang datang sore ini
semburat warna pelangi terbias di selasela padi yang lesu setelah menguning
tak pernah ku dapati...lagi...
Kamis, 18 Desember 2008
mengitari sunyi
1,2,3...
masih di seputar perut yang tak kunjung kenyang
memutari gendang tak bersuar
nadanada berganti
beriring santun
terkadang gemuruh meniup
ruang...
4,5,6...
bergaung memantul dinding
getarkan kacakaca hati
lalu mengitari hati
untuk sesuap nasi
masih di seputar perut yang tak kunjung kenyang
memutari gendang tak bersuar
nadanada berganti
beriring santun
terkadang gemuruh meniup
ruang...
4,5,6...
bergaung memantul dinding
getarkan kacakaca hati
lalu mengitari hati
untuk sesuap nasi
membelah lautan
tak kunjung padam api yang berpangkal kecil
tumbuh beriburibu nadir dalam otak
membelah lautan
bukan lagi dangkal
tak kunjung hilang rona bayang
mengukir tiap gerai waktu
membelah lautan
bukan lagi nyata
tak kunjung nyata bunga kumis kucing
yang tumbuh mengukir dalam tiap labirin
tak ada lagi lautan
sekedar tuk mengingat namaMU
tumbuh beriburibu nadir dalam otak
membelah lautan
bukan lagi dangkal
tak kunjung hilang rona bayang
mengukir tiap gerai waktu
membelah lautan
bukan lagi nyata
tak kunjung nyata bunga kumis kucing
yang tumbuh mengukir dalam tiap labirin
tak ada lagi lautan
sekedar tuk mengingat namaMU
Langganan:
Postingan (Atom)